Rabu, 08 April 2015

REVIEW PRODUK MENTHOLATUM ACNES, ACNES TREATMENT SERIES DAN PENGALAMAN DENGAN PRODUK SKIN CARE

         Holla kawan-kawan semua. :) Sudah setahun lamanya ya blog seadanya ini tidak bertambah dan tidak terurus,hehe. Kali ini saya mencoba menulis kembali,namun pelan-pelan ya. Hari ini saya akan menuliskan pengalaman pribadi saya tentang jerawat. Yang saya tau jerawat itu sangat wajar muncul pada remaja bahkan pada dewasa terutama untuk pemilik kulit normal hingga berminyak maupun tipe kulit yang lainnya. Pertama kali jerawat saya muncul ketika saya duduk di kelas 2 SMP dan sekarang sudah mahasiswa semester 8 tingkat universitas. Saat SMP jerawat saya muncul hanya satu atau empat buah, itupun karena saya iseng nyobain produk pencuci muka buat remaja hits saat itu, bukannya jadi ilang tapi makin parah. Akhirnya saya dibawa oleh ayah saya ke RS.Moewardi Solo poli kulit kelamin. Hasilnya sangat bagus, saya diberi sabun cuci muka cair racikan dokter, Parasol untuk sunblock, Mediklin TR,dan 2 obat lagi tapi saya lupa namanya. Asliii ampuh dan bisa sembuh tanpa bikin iritasi maupun ketergantungan. Setelah sembuh itu,saya sama sekali tidak memakai produk-produk tersebut, tapi tidak timbul jerawat juga hlo,kecuali saat menstrulasi ya. Perawatan setelah itu saya hanya memakai baby cream dari Johnson dan bedak bayi dari Johnson juga yang pink. Paling pakai Parasol kalau pergi main ke pantai atau kegiatan outdoor yang lumayan membakar kulit. Jerawat kembali muncul justru ketika saya mulai menjadi mahasiswa di UGM Yogyakarta di tahun 2011 saat itu. Jerawat itu muncul kemingkinan karena sebum yang meningkat,pori-pori yang tersumbat kotoran, makanan,gaya hidup yang kurang bagus dan bakteri kan ya, itu sesuai dengan keadaan yang saya alami di Jogja saat itu hingga sekarang. Sebum meningkat yang membuat wajah semakin mengkilat karena minyak soalnya Jogja panas banget gaes, polusi yang nempel dan kemalasan saya untuk cuci muka juga jadi pemicunya, selain itu karena pola makan dan pola hidup yang kurang sehat juga sangat berpengaruh, apalagi tangan jail yang suka mencet-mencet jerawat bikin bakteri makin rame dan menyebar dan memperparah jerawat. Sempat mau balik lagi ke dokter kulit di RS.Moewardi Solo, tapi jauh cyiiin, jadi nyobain deh tu konsultasi di Larissa Skin Care Yogyakarta. Saya pakai krim Larissa pagi malam dan sabun muka yang apel plus susu pembersih dan tonernya tapi kurang cocok untuk saya, wajah saya jadi kusam,padahal saya facial juga hlo. Satu tahun saya pakai produk Larissa, karena kurang puas, saya pindah ke Natasha Skin Care di Jl. Kaliurang. Pertama kali konsultasi saya habis Rp.500.000,00 untuk sabun muka B5, krim malam CAM2-M, krim pagi (saya lupa nomornya), tirai (sebagai sunblock), krim leher pagi dan krim leher malam, bedak tabur dan apa lagi ya saya lupa. Hasilnya memuaskan sekali,wajah jadi kinclong,cerah dan bebas jerawat. Namun saat saya tidak memakai krim-krim tersebut, wajah menjadi memerah,sedikit gatal,bruntusan kecil-kecil dan jerawat muncul satu per satu. Padahal saya sudah berjalan pakai Natasha hampir 2,5 tahun ini. Karena saya merasa takut akan kulit saya sekarang yang makin putih dan menampakkan garis-garis vena (seperti spider vein) saya coba stop memakai krim tersebut,sudah setahun ini juga saya tidak melakukan facial. Komedo keliatan dimana-mana dan jerawat mucul serta bluntusan kecil-kecil saat ini, tapi saya mantabkan hati untuk berpindah ke perawatan muka dengan produk dosis ringan yang bisa ditemukan di drugstore ataupun supermarket yaitu Mentholatum Acnes USA yaitu Acnes Treatment Series. Saya sudah kenal produk ini saat SMP dan disarankan oleh teman saya waktu itu,tapi saya enggan untuk mencoba. Baru setelah semester 8 ini saya berniat mencoba produk yang katanya nomor satu di Jepang ini. Saya membeli produk Acnes Treatment Series di 3 tempat yaitu Super Indo Jl.Kaliurang dan di Apotik Century cabang Ambarukmo Plaza Yogyakarta. Berikut reviewnya, 

     1. Acnes Foaming Wash 
   Ada berbagai pilihan untuk sabun muka dari Acnes ini antara lain creamy dan foam facewash,namun saya memilih Acnes Foaming Wash karena lebih lembut dan ringan di muka saya. Bentuk aslinya cair,namun saat dikeluarkan dari pumpnya,berubah wujud menjadi busa yang lembut. Saya menggunakan spons wajah untuk mencuci wajah saya dengan foam ini agar semakin maksiml hasilnya. Foamnya ringan,berbau ala obat-obatan yang segar dan mampu mengangkat kotoran yang ada di permukaan kulit. Terasa segar dan tidak terlalu berat di kulit saya yang sedang bermasalah ini. Saya rasa Acnes Foaming Wash ini sangat cocok untuk kulit yang sensitif karena teasa ringan dan lembut. Kandungannyapun ringan,hanya saja masih belum PABA free ya. Harganya Rp. 24.090,00 Berikut penampakannya: 





     2. Acnes Powder Lotion 
     Acnes Powder Lotion adalah bedak cair yang dikatakan mampu menyerap sebum yang berlebihan. Bentuknya cair dengan partikel-partikel putih kecil yang kayaknya butiran bedaknya ini dipakai setelah selesai mencuci muka dengan kapas atau telapak tangan kamu. Sebelumnya kamu kocok dulu ya dan aplikasikan di wajah kamu dan tepuk pelan-pelan secara merata. Baunya kayak menthol gt,karena memang mengandung menthol,adem dan cepat meresap di kulit saat dipakai. Acnes Powder Lotion ini beneran ngurangin produksi minyak saya saat dipakai,walau nggak drastis ya,tapi sangat mengurangi, sudah PABA free nih kayaknya. Harganya Rp.25.190,00,dan ini wujudnya: 





     3. Acnes UV Tint 
        Acnes UV Tint ini adalah produk favourite saya saat ini. Ini adalah produk Acnes Treatment Series yang bisa dipakai sebagai alas bedak dan mengandung SPF 30 PA++ yang cucok binggo buat melindungi kulit kita dari serangan matahari di siang hari. Bentuknya mungil dan ringan saat di pakai. Kandungan SPF 30 PA++ ini yang paling saya sukai. Saya memakai produk ini untuk alas bedak saya plus sebagai tabir surya pelindung andalan saat di luar rumah. Memang tidak sehebat alas bedak atau foundation kecantikan yang mampu menutup kekurangan pada wajah,namun Acnes UV Tint ini sangat bagus untuk kulit saya yang sedang bermasalah dan tentunya mengandung bahan-bahan untuk mencegah timbulnya jerawat. Harganya Rp.40.000,00 dengan isi 30gr dan kita bisa mendapatkan SPF 30 PA++ itu termasuk murah untuk kelas anak kost seperti saya. Hanya ada satu pilihan warna untuk UV Tint ini,jadi cocok-cocokan ya di tipe tone kulit yang lain,tapi Acnes UV Tint ini sangat matte dengan kulit saya. Berikut penampaknnya, 


     
     4. Acnes Sealing Jell
         Acnes Sealing Jell adalah produk Acnes Treatment Series yang berfungsi untuk menghambat pertumbuhan bakteri penyebab jerawat serta mencegah timbulnya jerawat. Saya menggunakan Acnes Sealing Jell ini pada malam hari pada acne vulgaris yang sedang meradang. Bentunya jell dengan bintik-bintik kuning kecil,berbau sulfur ringan dan terasa dingi saat diaplikasikan di kulit yang sedang memiliki jerawat yang meradang. Efek yang saya rasakan ketika memakai Acnes Sealing Jell ini terasa dingin saat di pakai dan mampu mengempeskan jerawat yang sedang meradang di muka saya. Pada jerawat yang memiliki papul yang besar,Acnes Sealing Jell ini mampu mengecilkannya dalam waktu 3-4 hari dalam 1x pemakaian selama sehari. Saya memakai ini pada malam hari karena produk ini masih mengandung PABA yang rumornya pada pemakaian produk ber-PABA dan terpapar sinar UV bisa memicu berbagai resiko kesehatan,jadi saya main aman aja lah ya walau saya rasa semua produk yang kita gunakan sehari-hari sebagian besar masih mengandung PABA. Harganya Rp. 16.390,00 dan cocok dipakai oleh saya dan pacar saya untuk mengecilkan jerawat yang meradang. Ini adalah bentuk Acnes Sealing Jell tersebut, 




  
     5. Acnes Spot Care
         Acnes Spot Care adalah bagian dari rangkaian perawatan Acnes Treatment Series dan produk yang saya anggap memiliki prospek dalam hasilnya. Entah ini hanya perasaan saya atau memang karena produk ini benar-benar bekerja dengan baik di kulit saya. Acnes Spot Care ini berfungsi sebagai pemudar vlek hitam dan noda bekas jerawat. Seperti halnya Acnes Sealing Jell, Acnes Spot Care ini saya gunakan malam hari. Bentukya berupa jell bening dengan tekstur lembut dan bau sulfur yang tidak menyengat. Saat dipalikasikan ke bagian wajah dengan noda bekas jerawat atau vlek hitam,jell ini terasa ringan dan dingin. Saya memakai jell ini pada saat malam hari di vlek hitam bekas jerawat saya dan hasilnya memuaskan,noda berangsur pudar dan tidak memutih sebagian saja, jadi memudar perlahan dan mengikuti warna kulit kalau saya rasa. Itulah sebabnya saya puas dengan Acnes Spot Care ini. Harganya Rp. 29.090,00 dengan isi 12gr. Berikut wujudnya,





     6. Acnes Cream 
        Acnes Cream ini sebenarnya bukan bagian dari Acnes Treatment Series. Namun saya sudah mantab membelinya karena juga membutuhkan pelembab untuk kulit saya. Saya berniat menggunakan rangkaian produk Acnes secara lengkap untuk mendapatkan hasil yang maksimal *semoga cocok dan nggak perlu lagi ke skin care,hehe. Acnes Cream ini memiliki tekstur lembut dan dingin di kulit,digunakan setelah membersihan wajah. Saya memakai pelembab ini pada malam hari. Sangat lembut dan ringan di kulit walaupun saya rasa cukup lama menyerap tapi membuat kulit saya terasa sejuk di malam hari. Harganya Rp. 31.000,00 dengan isi 40gr mampu melembabkan kulit saya dan lumayan mebuat terasa lembut dan kenyal. Ini adalah penampakan dari Acnes Cream tersebut, 








     7. Acnes Point Clear 
        Acnes Point Clear adalah bagian dari produk Acnes Treatment Series. Produk ini bentuknya lucu seperti roll on minyak angin hlo, mudah dibawa dan ringan sekali. Isinya berbentuk cair seperi air dengan roll on dari logam. Harganya Rp. 15.200,00 dengan isi 9ml ini saya gunakan pada malam hari sebelum tidur. Saya aplikasikan Acnes Point Clear ini pada bagian muka saya yang berpori-pori besar dan bagian wajah yang sepertinya bakal numbuh jerawat, jadi bagian-bagian yang ruam dan ada tanda-tanda akan tumbuh jerawat. Rasanya setelah dipakai itu dingin dan ringan seperti air namun sedikit berbau ya. Kalau kebanyakan juga mbleber-mblener ke area kulit yang laib sih sebenernya. Karena saya baru dapat Acnes Point Clear ini, dan baru pakai sekali, jadi saya belum bisa kasih tau hasilnya ya,heheh. Berikut foto dari produk ini, 




     8. Acnes Pore Strip 
         Acnes Pore Strip adalah bagian produk Acnes yang berfungsi mengangkat si komedo alias biangnya jerawat di hidung ya gaes. Cara gunainnya cukup mudah. Buka bungkusnya, bersihkan wajah dan pastinya bagian hidung juga, lalu basahi hidung yang telah dibersihkan lalu tempelkan Acnes Pore Strip tersebut pada hidung. Tunggu hingga mengering dan menempel sempurna ya kira-kira 10-15 menit lalu lepaskan dan lihat komedo yang terangkat. Namun, menurut saya Acnes Pore Strip ini hanya sedikit saja mengangkat komedo di hidung saya. Sedih kan ya kalau kayak gitu. Tapi memang belum ada pengangkat komedo yang mempan di hidung saya kecuali facial treatment di Larissa yang khusus untuk Acne Facial dengan harga Rp. 200.000,00 itu.hehheee, Harga Acnes Pore Strip ini hanya Rp. 8.590,00 dan lumayan terjangkau untuk mengangkat sedikit komedo di hidung anda,selamat mencoba.hehehe 





     9. Acnes Washing Bar
        Ini masih bahas soal jerawat ya, tapi bukan jerawat di muka aja. Pacar saya termasuk manusia dengan produksi minyak berlebih, jadi dia itu acne-prone banget lah ya. Nggak cuma ada di wajahnya tapi ada di punggung dan dadanya juga. Pacar saya facial juga di Larissa tapi nggak pakai krim-krimya karena emang anaknya kurang telaten kalau pakai krim-krim begitu. Eh,pas saya nyobain pakai Acnes dari Mentholatum USA ini dia ikut-ikutan nyoba dan covok jga.ehehehe,
Selain mencoba Acnes Treatment Series buat muka, sekarang saya mita mas pacar buat nyobain Acnes Washing Bar buat mengobati jerawat yang ramai-ramai nangkring di punggung dan dadanya. Bentuk Acnes Washing Bar ini padat selayaknya sabun batang yang dijual di pasaran, dengan harga Rp. 6.250,00 netto 80gr ini berbau khas obat jerawat.hehehe
Untuk hasilnya saya belum tau ya,karena baru beli juga. Jadi belum bisa berkomentar, semoga cocok dan bisa menghilanhkan jerawat di bagian tubuh yang lain lah ya. Aamiin 






     Demikian review sederhana dari saya. Saya menulis ini dengan pengalaman pribadi saya sendiri tanpa ada paksaan atau tekanan dari siapapun. Saya juga menuliskan ulasan ini dengan jujur dan tidak ada yang dibuat-buat. Saya membeli dan melakukan perawatan dengan uang sendiri (masih dari orang tua dhing) jadi ini adalah pure pengalaman pribadi saya. Semoga bermanfaat dan tidak menimbulkan hal-hal buruk yang tidak diinginkan dari tulisan saya ini. Ingat ya, baik buruk efek dari produk-produk yang saya gunakan tersebut belum tentu sama dengan efek yang telah atau akan dirasakan oleh kulit kalian karena kita memiliki jenis kulit yang beragam. Terima kasih gaeees :)

Kamis, 27 Maret 2014


CONTOH RESENSI NOVEL DAN ANALISIS ESSAI
Oleh : Inong

RESENSI NOVEL

Hidup Tak Semanis Gulali
Judul Buku                : Cinta Tanpa Jeda
Pengarang                  : Endah Hanaco
Penerbit                      : BukunĂ©
Tahun Terbit             : 2012
Tempat Terbit           : Jakarta
Tebal Buku                : 2 cm
Jumlah Halaman       : 276 halaman

                  Bagi Maya muda, “psokolog” adalah kata yang sangat mewakili makna dari “cita – cita”. Nyatanya? Hidup memang belantara kejutan tanpa petunjuk secuilpun. Tidak ada kompas di sini.
                  Novel berjudul Cinta Tanpa Jeda merupakan novel yang bercerita mengenai kehidupan redup dan terang seorang model dan artis terkenal bernama Maya alias Mae yang dikemas secara sederhana namun memiliki makna yang universal. Sang penulis mampu mengajak pembaca menjadi “bertanya – tanya” akan masa lalu dan lika – liku hidup Mae sebelum dia menjadi bintang terkenal. Permainan alur cerita yang menarik dan mampu membawa penonton menjadi penasaran akan kehidupan sang artis ternama. Banyak petuah hidup yang dapat kita petik dari setiap cerita dalam novel ini. “Ternyata, Tuhan memang Maha Adil dengan cara yang begitu misterius.” adalah salah satu kalimat petuah yang pas dalam novel ini. (inong)

ANALISIS ESAI

Judul Esai      : Inflasi dan Larangan Impor Buah
Penulis            : NN (no name)
Jenis Esai       : Esai Tajuk
Sumber           : Koran Tribun Jogja edisi Senin Pahing 4 Maret 2013

INFLASI DAN LARANGAN IMPOR BUAH

Bagian Esai :
a.      Pendahuluan
Berisi latar belakang informasi yang mengidentifikasi subyek bahasan dan pengantar tentang subyek yang akan dinilai oleh si penulis tersebut.
Penjelasan : (paragraf pertama)
Laju inflasi pada Februari 2013 mencapai 0,75 persen. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), ini merupakan angka inflasi tertinggi dibandingkan bulan – bulan yang sama dalam 10 tahun terakhir. Menteri Keuangan (Menkeu) yang sedang dicalonkan untuk menjadi Gubernur Bank Indonesia ini, perkiraan maksimumnya inflasi pada Februari adalah 0,4 pesen.
b.      Isi
Menyajikan seluruh informasi tentang subyek.
Penjelasan : (paragraf kedua sampai paragraf ketujuh)
Dalam penjelasannya, BPS mengungkapkan, tingginya tingkat inflasi Februari terkait dengan kebijakan pemerintah yang melarang impor 13 jenis hortikultura,dst.

c.       Penutup
Bagian yang memberikan kesimpulan dengan menyebutkan kembali ide pokok, ringkasan dan harapan.
Penjelasan : (paragraf kedelapan sampai paragraf kesembilan)
Kalau negara – negara lain bisa memberi kemudahan atau perlakuan khusus bagi petani hortikulturanya, semestinya buah – buah lokal Indonesia juga mendapat perlakuan yang sportif seperti itu, dst.




Pendapat Pribadi :
            Menurut saya, esai yang saya pilih tersebut merupakan esai yang berjenis esai tajuk. Esai tajuk merupakan esai yang dapat dilihat dalam surat kabar dan majalah. Esai ini mempunyai satu fungsi khusus, yaitu menggambarkan pandangan dan sikap surat kabar atau majalah tersebut terhadap satu topik dan isu dalam masyarakat. Dengan esai tajuk, surat kabar tersebut membentuk opini pembaca. Tajuk surat kabar tidak perlu disertai dengan nama penulis. (http://www.pemustaka.com/pengertian-esai-dan-ciri-cirinya.html)
Esai yang disajikan masih berhubungan dengan dunia ekonomi politik dan menyorot nama tokoh atau lembaga tertentu dalam penguraiannya. Singkat, namun berisi informasi yang menambah pengetahuan mengenai topik yang dianggkat bagi pembacanya. Selain itu, kata – kata yang dirangkai dengan tidak bertele – tele mampu mempengaruhi pandangan pembaca mengenai topik yang dibahas dalam esai tersebut.


CONTOH CARA MENCERITAKAN KEMBALI SEBUAH CERITA DARI BAHASA JAWA KE BAHASA INDONESIA
Dening : Inong


ANAK LANANG

Dening: Puja Sutrisna


            Pucuk – pucuk pinus ing alas Tembara kang nantang langit kadya sayuta sanjata anigas janggane Sang Resi Bisma ing Perang Bharatayuda Jayabinangun. Sepi, sepa, samun rasane bumi Pasekan, Kecamatan Boyolali, dilegandhang angin mangsa ketiga sing wis kentekan mangsa. Sok sapa bae tamtu ngungun ing driya kalamun nyawang candhik ala, candhik ayu teka bebarengan, banjur sirna menyang Negara embuh…!!! Alon – alon nagging mesthi, mobil Kijang sing nggawa awakku tumuju gubuge wong tuwaku.
            Wusana mobil Kijang mandheg pas ing ngarep omah. Aku mudhun diapit Sersan Paiman lan Letda Daryono. Lakuku ndhisiki aparat sakloron. Kahanan omah katone sepi. Nanging satleraman in bendul lawang kandhang daksawang ana wong wadon tuwa gremeneng ijen.
            “Simbok, Mbok, … aku mulih, Mbok…!”, kandhaku kandheg ing gulu, banjur ambruk ing pangkone. Mesthine simbok banget kagete, marga sasuwene selawe mangsaku during nate tilik kahanane. Apamaneh baliku tanpa dinyana – nyana. Ewasemana tangan tuwa sing wis garing nglinthing iku isih krasa anget ngelus – elus sirahku.
            “Oh, anakku lanang, kowe mulih, Le?”, tembunge lirih kaya – kaya kandheg ing dhadha. “Sawetara suwe dak anti - anti balimu… wingi ana prenjak lunjak – lunjak ing pang jarak sing koktandur telung taun kepungkur. Aku sedina mlaya lungguh ing kene, nunggu tekamu. Sidane kowe mulih temenan, Le… ”
             
             Dak ulati praupane simbok. Kulite sing nglinting kepangan umur tuwa saya cetha. Daksawang mripate. Isih panggah kaya wingi. Tanpa sunar, blawuk kucem lan merem, saengga selawase umur ora bisa weruh kaendahaning jagad raya. Pancen wiwit lair nganti tuwa simbok ginanjar tuna netra sing banget mesakake alias wuta! Kira – kira mung rasa pangrasane bae sing dadi sesulihe pande lenge.

            “Le, karo sapa kowe teka? Kayane kok ngawa kanca…”
            “Iya, Mbok. Aku diterake kancaku. Ayo daktepungake, Mbok…!”
Sersan Paiman lan Letda Daryono banjur salaman lan nepungake jenenge. Raine simbok sumunar padhang. Eseme kawistara blaka suta. Apa anane.
            “Matur nuwun nggih, Nak, slirane kekalih kersa dolan dhateng dhusun. Nggih kados ngenten niki, kahanane Mbokne Paija!”
            “Mboten dados punapa, Mbok. Mandar kula rumaos remen sanget ngertos dhusun mriki.”, wangsulane Sersan Paiman.
            Simbok manthuk – manthuk. Aku dhingkluk. Tuwuh rasa miris ngiris – iris atiku. Sakmono gedhene pangertene pak polisi marang aku.
            “Punapa slirane kalih kancane sekolah anak kula?”
            “Enggih, leres, Mbok.”, wangsulane pak polisi bebarengan.
            “O, iya Le. Kepriye anggonmu sekolah ing ngunipresitas…? Apa wis rampung?”
            “Entuk pangestumu, Mbok, sekolahku wis rampung.”
            “Kowe munggah, Le?”
            “Pandongamu, Mbok, aku lulus.”
            “Banjur kowe bakal dadi priyayi, Le?”
            “Iya, Mbok. Bakal dadi priyayi.”
            Simbok unjal ambegan, lega. Praupane kawistara banget bombong lan mongkog. Dene aku ora kuwawa ndhengengek. Rasa perih, lara, durhaka, lan getun keduwung, tumpuk undhung dadi siji. Ngiris – iris awakku. Njenjuwing atiku. Dhuh Gusti, nyuwun pangapura lan nyuwun kekiyatan…!! Panjeritku sajroning ati.
            “Ah, saupama bapakmu durung ndhisiki mati, mendah senenge weruh anake lanang bisa munggah bale.”, tembunge simbok gemremeng dhewe.
            Aku ndhengengek alon – alon.
            Wewayangane bapak dumadakan katon cetha ngegla nyedhaki aku. Lambe kandel kanthi brengos njlirit ing sadhuwure lambe, kaya lagi muring. Sorot mripate sing landhep, mandeng raiku ora bosen. Aku wis ora kuwat nampani kabeh mau. Ah, kawibawane bapak ora luntur selawase, nadyanta mung saiki kari jeneng. Untunge, swarane simbok maneh age – age nyirnakake wewayangane bapak sing meh bae midana aku.

            “Le…”
            “Apa, Mbok?!”
“Sekolahmu ana ngunipresitas sing bisa rampung, banget ndadekake mongkoge atiku. Apamaneh kowe sekolah tanpa wragad saka ngomah. Malah pendhak – pendhak kowe ngirim dhuwit kanggo aku lan adhimu. Lha kae sawangen kandhang, turahane disandhang lan dipangan, dhuwitmu daktukokake cempe ngasi wis dadi wolu karo anake.”
Tembunge simbok mandheg sedela. Mripate sing kembeng – kembeng waspa, tumancep ing dhadhaku.
“Nanging kabagyan iki rumangsaku sajake kok isih durung sampurna, yen kowe durung …”, ujare simbok maneh nanging ora mbacutake tembunge.
“Durung apa, Mbok?”
“Durung omah – omah, Le!”
Aku mlenggong kaya sapi ompong.
“Apa kira – kira atimu isih banget lelakon ndisik?”, pitakone simbok maneh. Aku ora mangsuli.
“Wis Le, trimak – trimakna! Sajake Rustinah pancen dudu jodhomu.”, kandhane simbok lirih. “Dheweke anak juragan sugih mblegedhu, balik kowe mung turunan babu. Dadi ya wis lumrah, yen Den Surya nampik panglamarmu.”
Simbok unjal ambegan landhung. Aku ora suwala apa – apa. Polisi loro katone mung mlongo pindha tugu sinukerta. Ora let suwe simbok mbacutke ature.
“Simbok ngerti, atimu serik marga katresnanmu di tampik. Nanging lalekna rasa kelara – lara nalika semana! Saiki Rustinahmu wis rabi, wis anak loro. Mesthine kowe malah matur nuwun marang Gusti Allah, bareng lunga saka ngomah pungkasane malah nemu kamulyan. Sekolahmu bisa putus lan bakal dadi priyayi. Upama dheweke keprungku bab awakku, mesthi getune kepati – pati!”
Jagad iki rasane diputer kaya gangsingan. Mubeng seser ndadekake lungguhku kaya njomplang – njomplanga. Bebasan pitik sing dibeleh kanggo slametan kang klabakan nganti tekan luwangan. Uga aku. Praupanku sing abang dluwang krasa panas kaya di panggang.
“Bocah wadon ora mung Rustinah. Kowe wong lanang wenang milih wong wadon liya. Pilihen wanita utama sing bisa nresnani kowe lan aku, simbokmu ing nandhang tuna netra iki. . . ”
Mripatku neteske eluh.
“Jikem, adhimu wis rambah kaping telu ditembung anake Yu Glindhu. Nanging dheweke panggah semaya. Wedi kuwalat yen nganti ndhisiki kowe, jarene. ”
“Lha saiki Jikem ana ngendi ta, Mbok?”
“Jare melu ngeneni pari nggone si Sarti. Lha, kok yahmene ya durung laut.”
“Jikem saiki kepriye, mbok?”
“Wooo… ayu, Le. Sanadyan bisu, nanging anake Yu Gindhu sajak ora maelu. Kamangka si Sarmin kuwi rak bocah kuwawa, anak sagecil sing bakal malak papan sanggeme wong tuwane.”, Simbok ngendheg gunemane. Kaya ana bab liya sing arep dikandhakake.
“Le, kowe ki kepriye ta, kancane kok dienengke wae? Mbok digolek – goleke banyu kono! Galo, aku mentas nggodhog pohung sing mbubut Jikem saka mburi ngomah.”
“Ah, mboten sisah repot – repot, Mbok. Kula enggal badhe pamit wangsul.”, semaure Letda Daryono.
“Kondur? Punapa mboten sipeng mriki?”
“Pangapunten, Mbok. Kula namung ngeterake Paija ingkang badhe nyuwun pamit dhateng panjenengan.”
Simbok ndomblong kaya mentas ngimpi kelangan raja kaya. Sersan Paiman lan Letda Daryono ngedhepake mripat marang aku.
“bener, Mbok, anggonku mulih iki mung arep pamitan. Sekolahku wis rampung. Dene dina iki aku entuk tugas makarya ana Negara Landa. Saiki uga aku kudu budhal. Aku pamit, Mbok, mung pandongamu rina wengi tansah dak antu – antu. . . ”
Simbok banjur nyekeli sirahku, dielus – elus. Tumetesing eluh ati suci nelesi rambutku. Alon – alon nanging cetha simbok kandha.
“Oalah Le, yen pancen mangkono, aku wong tuwa mung bisa… melu memuji, muga – muga laku jantramu ketemu uripmu adoh rerindhu lan pepalang. Welingku, duga – duga tansah digawa, sing ngati – ati aja nganti lali. Nanging ana Negara Lanuda aja suwe –suwe, lho Le! Mbokmu wis tuwa ora ngerti apa – apa, dene adhimu saya dina ndungkap dewasa. Dheweke ora gelem rabi yen kowe durung kulawarga.”
Daktinggalake omah kanthi jangkah aras – arisen. Eluh bening tansah tumetes siji – siji. Sersan Paiman lan Letda Daryono mbukak lawang mobil Kijang. Aku nuli diakon mlebu. Sersan Paiman banjur lungguh ing sandhingku.
“Sersan, tindakna tugasmu!”
“Siap, Kapten!”
Tanganku dakcedhakake. Sersan Paiman ngetokake barang sing wis gumantung ana stut-e. Tanganki loro dicekel, lan nalika cekelane dicolake tanganku wis nyawiji. Aku diborgol.
Kapten Daryono nguripake mesin mobil. Sabanjure mobil klawu mlaku alon – alon ninggalake desaku. Dakerem – erem mripatku, nanging kabeh wewayangan sing lunga – teka malah saya cetha ngrindhu atiku. Simbok sing tunanetra, Lastri sing wis ndungkap dewasa, katiga dawa, lan sambate wong – wong ndesa sing ngaru – ara. Sirahku krasa abot nalika dakkrungu Kapten Daryono celathu, “Dadi mengkono lelakonmu ing njalari kowe dadi Bandar shabu – shabu, Paija?”
Perang Bharatayuda Jayabinangun kang campuh nggegirisi ing Tegal Kurusetra durung rampung. Nanging patine Resi Bisma ndadekake atine Duryudana rumangsa keduwung.
Secangkir the cem – ceman, dakrasa pait temenan!!!

Solo Tempel - Boyolali, 1 Juli 2000


Judul                 : Anak Lanang
Pengarang        : Puja Sutrisna
Terbitan            : Pos Kita
Tanggal Terbit : 16 Juli 2000
Sinopsis            :


ANAK LANANG
(Anak Laki - Laki)


Paija seorang anak laki – laki yang sudah lama tidak menjenguk ibunya yang ada di kampung. Pada hari ini dia datang ke kampung halamannya untuk menjenguk ibunya. Namun pada hari yang sepi itu, dia tak datang sendiri. Dia di antar Sersan Paiman dan Letda Daryono. Dia diapit oleh kedua orang yang berbadan kekar dan bertampang sangar. Sesampainya di depan rumahnya, hanya sepi yang dia rasakan. Selang beberapa lama, Paija melihat sesosok wanita yang sudah tua dan keriput yang sedang duduk sendiri. Benar, wanita tua itu adalah ibunya yang sangat ia rindukan. Paija berteriak – teriak mengisi sepinya hari itu. Wanita tua yang tadi termenung sendiri, kini terkaget – kaget mendengar suara anaknya yang lama tidak pulang ke rumah.
Air mata yang tulus menetes dari seorang wanita tua yang sangat merindukan anak laki – lakinya. Sang ibu mengelus – elus kepala sang anak dengan tangan yang kini sudah mulai makin keriput karena usia. Ibunya bertanya dengan siapa Paija datang. Ya, ibunya yang kini telah renta memang sudah tuna netra sejak beliau masih kecil. Kedua polisi yang gagah itu mengaku bahwa mereka adalah teman sang anak, demi menjaga perasaan sang ibu yang telah menunggu anak lali – lakinya yang sejak lama pergi dari rumah dengan alasan bersekolah di universitas.
Paija mengaku telah lulus kuliah di universitas dan akan menjadi “priyayi”. Mendengar hal itu, sang ibu terharu dan bangga hatinya. Sepengetahuan ibunya, Paija pergi untuk belajar di universitas dengan biaya sendiri. Setiap bulan Paija mengirimkan uang untuk menghidupi ibu dan adik perempuan yang sangat ia sayangi. Ibu Paija berangan –angan seandainya ayah Paija masih hidup, pasti ayahnya akan ikut merasa bangga dengan apa yang telah di raih anaknya. Mendengar hal tersebut, Paija menjadi teringat kembali dengan sosok ayahnya. Seandainya sang ayah masih hidup, sudah pasti kini ayahnya murka dengan apa yang dilakukan Paija.
Selang waktu berjalan, kini tiba saatnya Paija harus segera kembali ke tempat tinggalnya yang baru. Paija berpamitan kepada sang ibu. Dia berkata hendak pergi ke Negara Landa untuk menjalankan tugas. Kembali, sang ibu merasa bangga luar biasa. Beliau mendoakan agar sang anak dapat memperoleh berkah dalam segala langkah dan tetap ingat kepada ibu, adik, keluarga dan Negara asalnya. Tetesan air kembali menetes dari mata tuna netra sang ibunda.
Semakin remuk hati Paija ketika ia menyadari bahwa selama ini dia telah menyakiti hati sang ibunda karena kebohongannya selama ini. Ia telah menjadi anak durhaka yang telah meninggalkan ibunya dalam kebohongan yang besar. Kini Paija harus ke “Negara Landa” yang berarti “penjara” baginya. Menjadi Bandar shabu – shabu adalah  jalan yang kini telah menjadi cambuk penyesalan selama hidupnya. Dalam hatinya hanya rasa sesal dan permohonan ampun kepada ibu tuna netra yang sangat di sayanginya. Ia hanya bisa melantunkan doa dan harapan yang lebih baik di jeruji penjara yang kini menjadi rumah keduanya. 

CONTOH GUGON TUHON DAN TATA KRAMA

PENDAHULUAN
Menurut Koentjaraningrat (2000:181) kebudayaan dengan kata dasar budaya berasal dari bahasa sangsakerta ”buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Jadi Koentjaraningrat, mendefinisikan budaya sebagai “daya budi” yang berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa itu.
Koentjaraningrat juga menerangkan bahwa pada dasarnya banyak sarjana yang membedakan antara budaya dan kebudayaan, dimana budaya merupakan perkembangan majemuk budi daya, yang berati daya dari budi. Namun, pada kajian Antropologi, budaya dianggap merupakan singkatan dari kebudayaan, tidak ada perbedaan dari definsi.Jadi, kebudayaan atau disingkat “budaya”, menurut Koentjaraningrat  merupakan “keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.”
Ada tiga wujud kebudayaan menurut Koentjaraningrat (1979: 186-187). Pertama wujud kebudayaan sebagai ide, gagasan, nilai, atau norma. Kedua wujud kebudayaan sebagai aktifitas atau pola tindakan manusia dalam masyarakat.Ketiga adalah wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.Wujud pertama berbentuk absarak, sehingga tidak dapat dilihat dengan indera penglihatan.Wujud ini terdapat di dalam pikiran masyarakat.Ide atau gagasan banyak hidup bersama dengan masyarakat.Gagasan itu selalu berkaitan dan tidak bisa lepas antara yang satu dengan yang lainnya.Keterkaitan antara setiap gagasan ini disebut sistem. Koentjaraningrat mengemukaan bahwa kata ‘adat’ dalam bahasa Indonesia adalah kata yang sepadan untuk menggambarkan wujud kebudayaan pertama yang berupa ide atau gagasan ini. Sedangkan untuk bentuk jamaknya disebut dengan adat istiadat (1979: 187).Wujud kebudayaan yang kedua disebut dengan sistem sosial (Koentjaraningrat, 1979: 187).Sistem sosial dijelaskan Koentjaraningrat sebagai keseluruhan aktifitas manusia atau segala bentuk tindakan manusia yang berinteraksi dengan manusia lainnya.Aktifitas ini dilakukan setiap waktu dan membentuk pola-pola tertentu berdasarkan adat yang berlaku dalam masyarakat tersebut.Tindakan-tindakan yang memiliki pola tersebut disebut sebagai sistem sosial oleh Koentjaraningrat. Sistem sosial berbentuk kongkrit karena bisa dilihat pola-pola tindakannya dengan indra penglihatan. Kemudian wujud ketiga kebudayaan disebut dengan kebudayaan fisik (Koentjaraningrat, 1979: 188).Wujud kebudayaan ini bersifat konkret karena merupakan benda-benda dari segala hasil ciptaan, karya, tindakan, aktivitas, atau perbuatan manusia dalam masyarakat.
Koentjaraningrat juga mengemukakan bahwa ada tujuh unsur kebudayaan yaitu bahasa, kesenian, sistem religi, sistem teknologi, sistem mata pencaharian, organisasi sosial, dan sistem ilmu pengetahuan (Koentjaraningrat, 1979: 203-204).Ketujuh unsur kebudayaan ini disebut Koentjaraningrat sebagai unsur kebudayaan universal karena selalu ada pada setiap masyarakat. Koentjaraningrat menjelaskan bahwa ketujuh unsur tersebut dapat diperinci lagi menjadi sub unsur hingga beberapa kali menjadi lebih kecil. Koentjaraningrat menjelaskan bahwa ketujuh unsur tersebut sudah pasti menjelma dalam tiga wujud kebudayaan.Sebagai contoh Koentjaraningrat menjelaskan bahwa sistem religi dapat dibagi menjadi tiga wujud kebudayaan.Dalam wujud kebudayaan yang pertama atau ide atau gagasan, sistem religi memiliki gagasan tentang Tuhan, dewa-dewi, roh-roh halus, surga dan neraka, rengkarnasi, dan sebagainya.Lalu sebagai wujud kebudayaan yang kedua atau sistem sosial, sistem religi juga mempunyai pola-pola aktifitas atau tindakan seperti upacara atau ritual baik yang diadakan musiman atau setiap hari.Kemudian sistem religi juga mempunyai benda-benda yang dianggap suci, sakral, atau religius sebagai bentuk wujud kebudayaan ketiga yaitu kebudayaan fisik atau artefak.


GUGON TUHON
Orang Jawa memiliki citra progresif. Orang Jawa dengan gigih mengekspresikan karyanya lewat budaya. Budaya Jawa adalah pancaran atau pengejawantahan budi manusia Jawa yang mencakup kemauan, cita-cita, ide maupun semangat dalam mencapai kesejahteraan, keselamatan, dan kebahagiaan hidup lahir batin (Suwardi, 2005:1). Karena itu, sepantasnya kita bersyukur memiliki budaya yang adiluhung dan wajib melestarikannya.
Orang Jawa pada jaman dahulu percaya dan yakin kepada mitos atau dongeng yang belum tentu benar kejadiannya dan nyata salah satunya adalah gugon tuhon. Namun sekarang, sifat gugon tuhon itu malah berguna untuk sebagai nasehat atau pandangan hidup. Menurut Subalidinata (1968:16 ) jenis gugon tuhon itu ada tiga macam yaitu :
a.                  gugon tuhon salugu
b.                  gugon tuhon kang isi pitutur sinandi
c.                   gugon tuhon kan kalebu pepali utawa wewaler
Gugon tuhon salugu itu mirip dengan cerita atau dongeng kuno, yaitu anak (bocah dalam bahasa Jawa) yang termasuk golongan anak sukreta ‘tidak baik/kotor’ dan orang termasuk golongan panganjam-anjam ‘terancam’ itu akan menjadi mangsa atau makanannya Bethara Kala. Supaya anak-anak dan orang-orang terhindar dari atau sebagai mangsa Bethara Kala harusdiruwat ‘disucikan’ dan sebagai sarana dipentaskan pula wayang kulit dengan lakon “Amurwakala”.
Gugon tuhon kang isi pitutur sinandi ‘gugon tuhon yang berisi nasehat yang tersembunyi/baik’, sebenarnya gugon tuhon tersebut memuat ajaran. Namun, ajaran itu tidak jelas, cuma disamarkan. Pada umumnya orang, kalau sudah dikatakan tidak baik atau ora ilok,kemudian takut melanggar. Sebenarnya larangan itu bertujuan untuk ajaran (kawruh), supaya tidak menjalankan berupa tindakan yang melanggar yang disebutkan dalam larangan itu. Larangan itu berisi nasehat, misalnya: lire wong mangan karo ndhodhok, yen dinulu saru ‘baiknya orang makan sambil jongkok itu tidak sopan’, maksudnya orang yang sedang makan sambil jongkong itu tidak nyaman atau tidak sopan dan bisa jadi makanan yang sedang dibawanya akan jatuh.
Gugon tuhon kan kalebu pepali utawa wewaler ‘gugon tuhon yang termasuk larangan’gugon tuhon yang berisi nasehat larangan, sebenarnya gugon tuhon tersebut memuat ajaran. Ajaran itu jelas dengan adanya sangsi ketika dilanggar. Misalnya : wong-wong kang manggon ing desa Klepu (kulon jogja) ora kena nanggap wayang kulit, sebab jaman dulu tiap orang itu nanggap‘mengadakan tontonan’ wayang kulit, setelah selesai pertunjukkan akan meninggal. Kemudian juga pernah terjadi, rumah yang digunakan untuk pertunjukkan wayang kulit tersebut dilempari batu, namun tidak ada yang tahu siapa yang melempari. Sehingga sampai sekarang orang-orang yang yang ada di desa Klepu merasa takut mengadakan tontonan/pertunjukkan yaitu wayang kulit.
Fenomena budaya tersebut sudah diyakini sejak dahulu dikarenakan adanya pandangan-pandangan yang bersifat irasional, namun dalam makalah ini akan coba dikupas juga pandangan secara rasional. Pandangan-pandangan tersebut diyakini sebagai bentuk larangan atau petuah maupun nasehat yang tidak boleh ditinggalkan. Namun, hal yang akan dibahas hanya mengenaigugon tuhon kang isi pitutur sinandi secara irasional dan rasional melalui pandangan filosofis, yakni ontologis, epistemologis, dan aksiologis.
Kata gugon dari kata gugu + an, artinya mudah sekali percaya pada perkataan orang lain atau dedongengan ‘cerita dongeng’. Kata tuhon dari kata tuhu + an, artinya nyata; setia; sifat yang mudah percaya atau percaya kepada ucapan (dongeng) orang lain (Poerwadarminta, 1939: 611).
Secara filosofis, keberadaan gugon tuhon dalam budaya Jawa dapat dilihat dari aspek ontologis (tentang yang ada) yang menjelaskan bahwa gugon tuhon merupakan pengetahuan yang tidak rasional atau tidak dapat dipahami oleh rasio, maksudnya hubungan sebab akibat yang terjadi tidak dapat dipahami rasio dan memiliki bentuk pemikiran dan ekspresi tentang kebenaran yang mutlak didalam suatu masyarakat. Ekspresi dan pemikiran yang tidak rasional ini kemudian membentuk suatu perilaku dalam kehidupan masyarakat dan menjadi suatu budaya dalam hal ini budaya jawa.
Kemudian berdasarkan aspek epistemologis (kebenaran dan kepastian), gugon tuhon dipahami sebagai ungkapan kebenaran yang dapat diperoleh melalui hasil aktivitas budi (pikiran), pengetahuan, pengalaman, dan pemahaman yang mendukung ungkapan - ungkapan gugon tuhon menjadi perwujudan budaya Jawa.
Pada akhirnya, berdasarkan aspek aksiologis (kegunaan ilmu pengetahuan), kegunaan utama dari gugon tuhon dalam budaya Jawa adalah memberi pengaruh yang baik terhadap masyarakat Jawa melalui ungkapan - ungkapan gugon tuhon tersebut yang secara langsung juga membentuk citra pancaran atau pengejawantahan budi manusia Jawa yang mencakup kemauan, cita-cita, ide maupun semangat dalam mencapai kesejahteraan, keselamatan, dan kebahagiaan hidup lahir batin.
Jadi, gugon tuhon merupakan bentuk pancaran atau pengejawantahan budi manusia Jawa yang mencakup kemauan, cita-cita, ide maupun semangat dalam mencapai kesejahteraan, keselamatan, dan kebahagiaan hidup lahir batin dalam kebudayaan Jawa. Gugon tuhon dapat dipahami secara irasional maupun rasional yang pada intinya memberikan ajaran atau nasihat yang baik. Secara filosofis, keberadaan gugon tuhon dalam budaya Jawa tersebut dapat dilihat dari aspek ontologis (tentang yang ada), epistemologis (kebenaran dan kepastian), dan aksiologis (kegunaan ilmu pengetahuan).

                                                                      
TATA KRAMA
            Tata krama terediri atas kata tata artinya adat, norma atau aturan dan Krama artinya sopan santun atau aturan tindakan. Jadi tata karama artinya norma kebiasaan yang mengatur sopan santun dan disepakati oleh lingkungan. Sistem pengaturan dalam pergaulan yang harus memiliki sikap saling menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun.
            Menurut para ahli, tata krama atau etika adalah perilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk.
Berikut adalah tata krama menurut beberapa para ahli :
Drs. O. P. Simorangkir, tata krama atau etika sebagai pandangan manusia dalam berpengaruh dalam berpakaian menurut ukuran dan nilai yang baik.
Drs. Sidi Gajalba, dalam sisitematika filsafat , tata krama adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik maupun buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
Drs. H. Burhanudin Salam, tata krama atau etika adalah filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma yang terdapat perilaku manusia dalam hidupnya.
Bertens (1999 : 6), tata krama atau etika memiliki 3 arti, yaitu :
a.      Tata krama atau etika dalam nilai – nilai atau norma – norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok orang dalam mengatur tingkah lakunya.
b.      Tata krama atau etika dalam arti kumpulan asas atau nilai moral dimaksudkan sebagai kode etik.
c.       Tata krama atau etik dalam arti ilmu tentang yang baik atau buruk.
Black (1990 : 11), tata cara atau etika adalah ilmu yang mempunyai cara manusia memperlakukan sesamanya dan apa hidup yang baik.

GUGON TUHON DI ERA MODERN

Berapa gugon tuhon yang ada antara lain sebagai berikut :
Gugon tuhon kang isi pitutur sinandi gugon tuhon yang berisi nasehat yang tersembunyi atau baik.
·         Aja ngidoni sumur, mundhak suwing lambene         
Aja ngidoni sumur, mundhak suwing lambene ‘jangan meludahi sumur, karena dikawatirkan akan sumbing bibirnya’. Meludahi sumur akan sumbing bibirnya merupakan bentuk irasional/tidak logis. Sedangkan secara rasional, ludah itu kotor, dan air sumur yang baik harus dalam keadaan bersih yang berguna untuk memasak, minum, mandi dan sebagainya. Bila air sumur diludahi maka akan menjadi kotor dan tidak baik untuk dipergunakan sehari-hari.
·         Aja lungguh bantal, mundhak wudunen
Aja lungguh bantal, mundhak wudunen ‘jangan duduk diatas bantal, karena dikawatirkan akan bisulan‘. Secara irasioal bantal yang diduduki karena dikawatirkan akan bisulan, sedangkan secara rasional, bantal merupakan tempat untuk kepala (sirah) – waktu manusia tidur – kemudian dipakai untuk pantat/bokong, hal tersebut tidak pantas dilakukan.
·         Simpen lampit diedegake
Simpen lampit diedegake ‘menyimpan pisau diberdirikan’. menyimpan pisau dengan cara diberdirikan akan mengawatirkan, sebab jika ada anak kecil (bocah) yang kesitu dapat karubuhan/terkena pisau.
·         Wong ngandhut lungguh tampah
Wong ngandhut lungguh tampah ‘orang yang sedang hamil duduk di tampah’. Orang yang sedang hamil duduk di tampah itu ora ilok. Secara rasional kalau tampah itu di duduki orang yang sedang hamil akan jebol atau rusak, dan bisa mengganggu kesehatan orang yang sedang hamil. Bahkan bila tampah diduduki oleh siapapun logikanya akan rusak karena fungsi tampah bukan untuk diduduki.
·         Nyapu bengi
Nyapu bengi ‘menyapu pada malam hari’. Menyapu pada malam hari itu tidak baik karena menyapu pada malam hari tidak bersih serta mbledugi yang sedang tidur, atau bisa jadi menyapu dimalam hari, kotoran yang disapu tidak tampak jelas dikhawatirkan tidak bersih.
·         Mbuwang uwuh aneng longan
Mbuwang uwuh aneng longan ‘membuang sampah di bawah kasur’. Itu pastinya tidak baik untuk kesehatan, sebab kalau sampah itu membusuk bisa menjadikan bau tidak sedap/tidak enak, bisa juga kondisi seperti itu untuk sarang bibit penyakit.
·         Aja mangan karo turu, mengko dadi ulo
Aja mangan karo turu, mengko dadi ulo, jangan makan sambil tiduran, nanti bisa jadi ular. Pernyataan seperti itu tidak ada hubungannya sama sekali dan sangat irasional. Rasionalnya, orang yang makan dengan  tidur tidak baik, karena nasi yang disendok bisa berjatuhan dan tempat tidur menjadi kotor.
·         Nyapu sing resik, mengko ndak bojone brewok
Nyapu sing resik, mengko ndak bojone brewok, kalau menyapu yang bersih jangan sampai ada yang tertinggal kotorannya (brewok), nanti bisa mendapatkan suami yang brewokan. Secara rasional, menyapu dengan masih meninggalkan kotoran (brewok) meninggalkan rasa tidak enak, karena lantai tidak bersih dan terasa tidak kesat.
·         Aja ngoroti petelot pucuk ngisor lan nduwur,
 Aja ngoroti petelot pucuk ngisor lan nduwur mengko ndak mati dadi pocong jangan merauti pensil pada kedua ujungnya, nanti apabila mati akan jadi pocong. Seacara rasional setiap orang yang mati, nantinya akan dipocongi. Sehingga  hubungan antara pencil yang diraut dengan model apapun tidak ada hubungannya dengan kematian.
·         Aja tuku lenga gas wayah udan
Aja tuku lenga gas wayah udan, jangan beli minyak tanah di saat hujan turun. Secara mitologi, membeli minyak dengan turunnya hujan tidak ada hubungannya. Secara rasional, membeli minyak tanah pada saat hujan turun kalau bisa dihindari, sebab minyak tanah apabila bercampur dengan air nantinya tidak akan berfungsi. Sehingga percuma dan membuang uang apabila membeli barang namun tidak digunakan.
·         Aja dolanan beras, mengko ndak tangane kriting
      Aja dolanan beras, mengko ndak tangane kriting,  jangan mainan beras, nanti jari-jari tangannya menjadi kriting. Secara rasional, mainan beras dengan tangan kriting tidak ada hubungannya sama sekali. Beras merupakan bahan mentah makanan pokok, apabila dibuat mainan merupakan hal yang tidak baik. Dalam kata lain tidak sopan makanan dibuat makanan.
·         Aja mangan ana tengah dalan, mengko ndak ketampik jaka
                              Aja mangan ana tengah dalan, mengko ndak ketampik jaka, jangan makan di tengah jalan, nanti bisa ditolak perjaka. Secara rasional, jalan adalah tempat untuk berlalu lalang, sehingga apabila makan di tengah jalan merupakan hal yang tidak baik, tidak sopan, dan tidak sedap dipandang mata.
·         Nyapu diendheg ana tengah lawang
Nyapu diendheg ana tengah lawang ‘menyapu berhenti di tengah lawang’. Ingatlah pintu itu kan jalan, kalau ada uwuh ‘kotoran/sampah’ pasti tidak enak dilihat atau kesannya rumah tidak bersih.

·         Ngandhang kebo ana ing njero omah
Ngandhang kebo ana ing njero omah ‘merumahkan kebo di dalam rumah’ itu mestinya tidak baik. Secara irasional, kebo yang ada di dalam rumah akan mengurangi rejeki bahkan biasa jadi akan menolak rejeki yang datang. Sedangkan secara rasional, bau atau aroma kotoran kebo akan memenui rumah, bisa juga makanan yang mau dimakan manusia terkena kotoran sehingga kurang baik untuk tubuh manusia (kurang sehat).
TATA KRAMA DALAM BUDAYA ORANG JAWA

Berapa dasar-dasar tata krama baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat yang ada antara lain sebagai berikut :
  • Menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi orang yang lebih muda.
  • Mengucapkan terima kasih jika menerima bantuan/pertolongan atau jika diberi sesuatu.
  • Meminta maaf jika melakukan kesalahan.
  • Menengok dan mendoakan teman, keluarga atau tetangga yang sakit.
  • Mengucapkan salam jika berjumpa guru, teman ataupun tetangga.
  • Melayat jika ada teman, kerabat, guru dan tetangga yang meninggal dunia.
  • Mentaati peraturan dan kesopanan dengan tidak mengganggu kepentingan orang lain ketika berada ditempat-tempat umum.
  • Mendahulukan kepentingan orang lain di atas kepentingan sendiri.
  • Menghormati orang lain dengan tidak bersikap sombong, angkuh, suka mengejek, berkata kasar, jorok maupun berkata kotor.
  • Mampu mengendalikan amarah dan rasa tersinggung dengan baik.
Beberapa tata krama dalam kehidupan sehari – hari tersebut sangat berpengaruh dalam kehidupan bermasyarakat oleh masyarakat dukuh Kentingan. Karena apabila salah satu tata krama tersebut dengan sengaja atau tidak sengaja dilanggar oleh seseorang, maka seseorang yang melanggar tata krama tersebut akan dirasani atau digunjingkan oleh tetangga atau masyarakat yang mengetahui pelanggaran tata krama tersebut. Namun, seiring berjalannya wktu dn era modern, sikap cuek atau acuh tak acuh sangat berdampak besar pada penerapan tata krama tersebut. Warga atau masyarakat sudah jarang memperhatikan tata krama dalam kehidupan sehari – hari.


PENUTUP
KESIMPULAN
GUGON TUHON
Pada era modern seperti sekarang ini, gugon tuhon kurang mendapat tempat pada kehidupan masyarakat. Gugon tuhon dianggap sepele atau tidak penting karena terkadang tidak masuk akal dan dianggap hanya sekedar untuk menakut – nakuti, namun Sebenarnya larangan yang terdapat dalam gugon tuhon tersebut bertujuan untuk ajaran yang baik (kawruh kang becik) agar tidak melakukan tindakan yang melanggar norma atau pun melakukan tindakan yang dianggap tidak sopan dan tabu. Dalam larangan-larangan tersebut terkandung nasehat yang baik meskipun kadang tidak dapat dipikir secara logika. Sebagai manusia yang berbudaya dan berakal, marilah kita tetap berjuang untuk budaya dan kelestariannya, namun agar tidak terjadi salah kaprah, kita gunakan akal dan pikiran kita untuk menganalisanya agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam proses berbudaya adi luhung kita.
 
TATA KRAMA
      
Membiasakan diri mengindahkan tata krama adalah salah satu cara lahiriah untuk dapat membantu mencapai moral yang baik. Tetapi tidaklah berarti bahwa orang yang selalu sopan dan mengindahkan tata krama memiliki moral yang baik. Sebaliknya belum tentu yang berkelakuan atau bermental baik, mengetahui serta melaksanakan tata krama dalam kehidupannya sehari-hari. Yang dimaksud dengan tata krama yang dalam kehidupan disini adalah aturan sopan santun yang dapat diterima dan dijadikan kebiasaan cara hidup dalam masyarakat. Dalam era pembangunan dewasa ini kita banyak bergaul dengan orang-orang yang berasal dari negara yang berbeda. Oleh karena itu, kita harus benar – benar menjaga tata krama atau etika kita. Dalam bergaul dengan orang-orang yang berasal dari negara lain, kita mencontoh bisa saja mencontoh gaya hidup mereka, namun kita tidak boleh menghilangkan adat istiadat dan tradisi kita yang baik. Yang baik tetap kita pertahankan, sedangkan yang tidak baik harus kita tinggalkan. Tata ktama atau etika ini berlaku untuk semua orang baik pria maupun wanita, tua ataupun muda, bahkan juga anak-anak. Anak selalu mencontoh apa yang dilakukan oleh orang tuanya, sehingga perlu sebagai orang tua untuk menanamkan sejak dini nilai-nilai moral dan etika yang baik terhadap anak, agar mereka tidak salah kelak dalam pergaulan hidupnya dengan sesamanya.  




DAFTAR REFERENSI

Abbas Hamami Mintaredja. 2003. Teori-teori Epistemologi Common Sence. Yogyakarta: Penerbit Paradigma.
Poerwadarminta W. J. S. 1939. Baoesastra Djawa. Batavia: J. B Wolters.
Suwardi Endraswara. 2005. Buku Pinter Budaya Jawa: Mutiara Adiluhung orang Jawa. Yogyakarta: Gelombang Pasang.
Subalidinata R.S. 1968. Sarining Kasusastran Djawa. Yogyakarta: P.T Jaker.
http//kawansejati.ee.itb.ac.id/tatakrama
http//ukimedia.wordpress.com/2007/05/06/tata-krama/
http//www12-iman.com/data-artikel/tataa-krama-01.doc.
http//noorazlia.tripod.com/tatakrama:html